Puisi yang di buat oleh Chairil, sebelum ia pergi untuk selamanya. Selama - lamanya.
Setiap bait yang begitu dalam dan menyentuh. Pesan yang mungkin sulit terkatakan dan disampaikan melalui tulisan.
Setiap bait yang membuat decak kagum. Dengan lugas ia sampaikan.
Oh. . . . . . Chairil
### Mulai membaca dan terhanyut dalam setiap bait itu ###
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
1949
_____________________%%%%%%%____________________
Seperti misal lain, " Senja Di Pelabuhan Kecil "
Ditulis ketika ia masih bersemangat dengan segala cintanya kepada Ida. Bahkan entah Ida atau yang lain. Empat enam waktu itu.
### Mulai membaca (lagi) dan terhanyut dalam setiap bait itu ###
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
Hingga sekarang,
Teriakannya "AKU MAU HIDUP SERIBU TAHUN LAGI" selalu menggema ditelinga. Jadikan itu semangat!!!!!!
Jumat, 20 Januari 2012
Yang Terampas Dan Yang Putus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar