Jumat, 16 Desember 2011

112 AC MiLan Ku!!!!!!!!

Laaaa dadadadada. . . .
Ini cerita tentang seorang yang sangat seorang sekali. hihihihihi Yang aku persembahkan untuk ultah AC MILAN 112 Football team favorit, kesayangan x sempre deh.

-Tahun 1997 silam-

Hari ini ia terbangun dengan senangnya. Siap menjelajah kota dengan semua bekal yang sudah disiapkan oleh Ibunda tercinta.

Hari ini ada piknik sekolah. Dari minuman sampai segala macam makanan sudah tersimpan rapi di dalam tas Mickey Mouse kesayangannya.

Terdengar dari luar teriakan seorang sahabat kecil, yang sepertinya juga sudah siap dengan bekal yang ia bawa. Dan tidak lupa bola tendang kesayangannya. Entah apa maksudnya?

"Ngapain kamu bawa bola? emang di museum ada lapangan bola?" Kata seorang perempuan kecil.

"Kata simbah, dari pada aku beli bola disana, mendingan aku bawa bola dari rumah. Biar irit." Kata seorang laki-laki kecil yang adalah sahabat kecil si perempuan kecil.

Si perempuan kecil bingung rupanya, dengan yang dimaksud dari simbahnya si laki-laki kecil.

Secepat mungkin dua sahabat kecil itu sudah sampai di sekolah. Bus yang akan ditumpangi pun sudah berparkir rapi di halaman sekolah.

Tadaaaaaa, Saatnya dua sahabat kecil menikmati liburan sekolah bersama teman-teman lainnya.

########

Seharian sudah menjelajah museum, kebun binatang dan taman bermain. Sungguh melelahkan tetapi menyenangkan. Tentu saja hari ini tidak menjadi hari yang sia-sia.

########

Si perempuan kecil sudah kelas 5 SD sedangkan si laki-laki kecil masih kelas 4 SD. Umur mereka pun tidak terpaut jauh. Hanya berbeda bulan saja. Mereka adalah sahabat yang tidak terpisahkan, apalagi mereka juga tetangga.

Tingkah laku mereka pun hampir sama, terlihat seperti laki-laki semua. yupz laki-laki kecil yang lucu. *hehehehe*

Mereka punya banyak kesamaan, salah satunya suka sekali main bola dan akhir-akhir ini si perempuan kecil juga tidak pernah ketinggalan menonton acara siaran bola di tivi. Apapun klubnya mereka suka, asal pemainnya juga bagus.

Si Laki-laki kecil sangat suka sekali dengan Michael Owen dengan jersey Merahnya di Liverpool. Sementara si Perempuan kecil suka sekali dengan Alessandro Del Piero tetapi ia juga suka dengan Owen. Si perempuan kecil belum begitu mengerti klub-klub bola. Yang ia tahu ia suka dengan seorang Del Piero karena mirip dengan omnya. Dan menghapal hanya lewat warna baju-baju mereka.

"Besok kan hari minggu, kamu nginep di rumah aku aja. Nanti kita nonton bola bareng deh." Ajak si laki-laki kecil dengan polosnya sewaktu pulang sekolah bareng.

"Oke deh, nanti aku bilang sama Ayah." Sambut si Perempuan kecil dengan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking si laki-laki kecil.

Jarak rumah mereka hanya sekitar 10 meter. Jadi bisa dengan gampangnya saling main ke rumah masing-masing.

Malam pun tiba, si laki-laki kecil sibuk memutar-mutar antena tipinya biar gambar terlihat lebih jelas dan tidak banyak semut menghiasi layar kaca ketika nonton bola nanti. Si laki-laki kecil berpikir, "Yang penting aku bisa nonton bola." Sementara si perempuan kecil nungguin
sambil menguap berkali-kali. Mungkin ia berpikir, " mana bantalku aku ngantuk sekali."

Gak lama kemudian, nonton bola pun telah dimulai. Si laki-laki kecil bilang, "ini yang main liga Italia." lalu si perempuan kecil langsung menyahutnya, "wah berarti ada Del Piero kan?".

"Enggak, gak ada Del Piero. Del Piero kan main di klub putih hitam. Kalau ini yang merah hitam." kata si Laki-laki kecil semangat menjelaskan.

"Yaaahh, kenapa bukan Del Piero yang main? Tapi itu yang satunya bajunya kayak punya Del piero? woooww tapi yang ini bajunya bagus warnanya. Merah hitam kayak kaos kaki mickey mouseku."

"Kamu jangan ngomong terus, nanti kalau gol aku gak tahu." Kata si laki-laki kecil setengah kesal.

"Emang kamu dukung yang mana? waahh yang itu mirip Ayahku ya? Tapi Ayahku kan rambutnya hitam".

"Udah nonton dulu jangan ngomong terus. Ssssstttt!"

Begitulah si Laki-laki kecil, ia menjelma menjadi seperti orang dewasa yang tidak mau diganggu, kalau sedang menonton bola di tivi. Dan mungkin lelaki dewasa juga seperti itu. **hihihihi**

-beralih ke Tahun 1998-

Melihat si laki-laki kecil sudah sibuk dengan bola tendang kesayangannya. Si perempuan kecil juga tidak mau ketinggalan. Ia pun bersiap menendang dan menangkap bola bersama teman-teman lainnya.

Bersama teman yang lain, mereka sudah tiba di lapangan yang berukuran 1000 kali jauh dari sempurna ukuran lapangan bola sesungguhnya. Yang namanya anak kecil, semua gak jadi soal asalkan mereka bisa senang dan bermain bersama teman-temannya.

Dapat dibayangkan dari sekian anak yang berada di lapangan itu, hanya si perempuan kecil wanitanya sedangkan yang lain laki-laki semua. Ia tetap keukeuh kepengen main bola, jadi ia hanya dipercaya menjadi penjaga gawang dengan alasan, "kamu kan anak perempuan, larinya gak cepat, nanti gak bisa bikin gol banyak." Yang penting bisa ikut bermain, hal tersebut gak jadi masalah buat si perempuan kecil.

######

Akhir-akhir ini sudah gencar sekali dengan euforia Piala Dunia 98 yang bakal diadakan di prancis. Begitu pula dengan Si laki-laki kecil dan si perempuan kecil. Dengan masing-masing dan beda-beda yang mereka suka. Laki-laki kecil sudah mendeklarasikan kalau dia mendukung Inggris dan Italia. Sedangkan si perempuan kecil masih bingung.

"Aku jelas dukung Inggris, kan ada Michael Owen. Kamu dukung Italia aja, kan ada Del Piero."

"Aku nggak tahu. Aku mau dukung yang bajunya bagus. Sama Del Piero juga."

Begitulah anak-anak, mereka selalu keukeuh dengan apa yang mereka suka dan gemari.

########

Perhelatan Piala Dunia pun segera di mulai. Tiba saatnya si laki-laki kecil dan si perempuan kecil sibuk bersiap untuk menonton siaran bola. Kali ini si laki-laki kecil yang menginap di rumah si perempuan kecil. Kalau sudah piala dunia otomatis banyak yang gandrung. Mengingat Ayah dan kakak laki-laki si perempuan kecil juga adalah penggemar sepak bola.

"Adek dukung yang mana nih?" Kata Sang Ayah kepada si perempuan kecil dan si laki-laki kecil.

"Pakde, aku dukung Inggris aja, kan ada michael owen." Sahut si laki-laki kecil.

"Aku dukung yang bajunya bagus, trus sama yang ada Del Piero nya sama yang ada orang mirip Ayah." Tukas si perempuan kecil semangat.

"Ada-ada saja toh kamu nduk, mana ada yang mirip Ayah. Pemain bola kan gagah-gagah." Ayah menimpali.

Telusur kena telusur ternyata yang dimaksud si perempuan kecil, pemain bola yang mirip Ayahnya adalah seorang OLIVER BIERHOFF. Pemain Udinese yang berkebangsaan Jerman. Yang dilihatnya pertama kali saat Udinese vs AC Milan bertanding.

Maklum yang namanya anak kecil, yang dicari dan akhirnya disuka yang berbaju bagus. Dan menurutnya Jersey Jerman pada waktu itu, bagus! Ia pun sejenak agak melupakan kesukaannya pada seorang Del Piero yang ia bilang mirip dengan om nya. Sekarang ia sudah punya idola baru seorang Oliver bierhoff yang justru ia bilang mirip dengan Ayahnya.

Walaupun pada kenyataan dan akhirnya Jerman tidak menjadi juara. Mungkin dapat dibilang itu adalah awal mulanya ia suka dengan Der panzer julukan untuk timnas Jerman.

Sejak saat itu si perempuan kecil jadi lebih gandrung lagi dengan yang namanya siaran bola di tivi. Si laki-laki kecil lebih tahu soal nama-nama klub dari liga manapun dan nama-nama pemainnya pun ia lumayan tokcer untuk menghapalnya di luar kepala. Jadi setiap ada hal baru yang si perempuan kecil ingin tahu ia bertanya pada si laki-laki kecil.

Seiring dengan berjalannya waktu, si perempuan kecil menjadi sangat mengidolakan sekali seorang Oliver Bierhoff *yang selalu ia bilang mirip dengan Ayahnya tercinta*. Kejutannya lagi, Ia mendapat info dari si laki-laki kecil bahwa Bierhoff akan berpindah klub ke merah hitam yang kebetulan warna bajunya sangat disuka oleh si perempuan kecil *merah hitam yang ia suka karena sama seperti warna kaus kaki mickey mousenya*.

######

Melihat anak perempuan kecilnya yang makin hari makin bertingkah sama seperti si laki-laki kecil, Sang Ayah terlihat tidak masalah, ia berpikir, "namanya juga anak kecil."

Suatu saat si perempuan kecil ikut ibundanya pergi ke rumah sakit menjenguk saudaranya yang sedang sakit di rumah sakit, yang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka.

Sesampainya di rumah sakit, betapa tidak heboh, si perempuan kecil melihat ada seorang anak laki-laki *yang masih kecil juga* memakai baju merah hitam, seperti yang dipakai para pemain sepak bola. Dan kebetulan warnanya sangat ia suka, ditambah lagi idola barunya sekarang sudah pindah ke klub berbaju merah hitam itu.

Yang ia pikirkan, "kok anak itu bisa punya baju itu ya? dia beli dimana?" ia juga berpikir, "bukannya cuman pemain bola aja yang punya? kok dia bisa punya?". Sudah pasti hal tersebut sangat membingungkan si perempuan kecil. Banyak pertanyaan, yang ia bingung harus tanyakan pada siapa saat ini. Ibundanya pun mungkin tidak tahu.

"Ibu, baju anak itu bagus ya?" katanya tiba-tiba pada ibunya.

"Baju adek juga bagus." jawab ibu dibarengi dengan senyuman khasnya.

"Bu, pokoknya besok ibu harus belikan aku baju seperti itu. biar aku kalau main bola bisa pakai baju itu."

"Iya besok dibelikan."

Setelah mendengar pernyataan ibunya, si perempuan kecil sepertinya terlihat sedikit lega. Seperti terkucur pencerahan dari langit. Dan yang pasti senang hatinya.

######

Karena kesibukan baik Ayah maupun Ibunya, baju bola merah hitam yang ia minta pun tak kunjung dibelikan. Hal ini tentunya membuat si perempuan kecil agak kesal dengan kedua orang tuanya.

Sampai pada akhirnya. . . . . .
Ia bilang lagi dengan Ayah dan ibunya, supaya segera membelikan baju itu.

Yang dekat dengan rumahnya hanya pasar tradisonal saja. Sementara kalau harus ke mall itu jauh sekali dari rumah, karena rumah mereka termasuk terpencil dan dekat dengan pegunungan. *Tetapi asri dan penuh kerinduan*

Suatu hari ibunya berencana berbelanja di pasar dan ketika ia ditanya, "adek mau oleh-oleh apa? sate atau bakso?" Ia pun menjawab, " aku nggak mau, ibu belikan aku baju bola yang aku minta kemarin aja." Kemudian ibunya pun tersenyum paham.

Dengan susah payah membawa belanjanya sang Ibu pun berniat untuk membelikan anaknya baju seperti yang ia minta, bergaris merah dan hitam.

Seantero pasar sudah ia jelajahi kemudian setelah dapat segeralah ia kembali ke rumah.

Si perempuan kecil pun sudah menunggu kedatangan ibunya dari pasar. Sudah penasaran, akan segera dipakai dan dipamerkan kepada si laki-laki kecil, itu niatnya.

Tidak lama kemudian dengan belanjaan yang seabrek, sang Ibu pun sudah sampai rumah dengan selamat dan sentausa.

"Bu, manaaaaaa bajunyaaa?" sambutnya di depan pintu dengan tidak sabar.

"Sebentar dulu, ibunya masih capek." Kata Sang Ayah.

Tanpa banyak kata, Si perempuan kecil pun membongkar belanjaan ibunya dengan semangat. Kemudian. . . . .

"Loh kok bajunya warna ungu??? aku kan bilang ke ibu garis merah hitam?" Kata si perempuan dengan sangat kecewa.

"Iya dek, yang merah hitam gak ada. Adanya ini aja yang warna ungu ini. Tadi ibu udah keliling, semua gak ada. Besok aja ya kalau sama Ayah jalan-jalan ke kota nanti kita beli disana. Pasti banyak yang bagus." Kata ibu yang ikut merasakan kekecewaan anaknya.

Si perempuan kecil masih sedikit terlihat kecewa. Tapi mau gimana lagi, ia juga kasihan melihat ibunya yang sudah kelihatan lelah sekali.

Dengan membawa baju barunya yang berwarna ungu tadi, ia berjalan keluar rumah dengan niat mau ke rumah si laki-laki kecil.

Sesampainya disana, si laki-laki kecil lagi asyik main robot-robotan dengan adiknya. Si laki-laki kecil pun menyadari kedatangan si perempuan kecil yang terlihat tanpa senyum tidak seperti biasanya.

"Kamu kenapa? kok cemberut?" kata si laki-laki kecil menyelidik.

Tanpa kata, ia menyerahkan baju berwarna ungu bernomor punggung 10 dengan nama Rui Costa, yang ia bawa dari rumah.

"Ini baju bola barunya? katanya mau beli yang AC Milan kok malah beli Fiorentina?"

"Iya, Ibu yang beli'in, padahal aku udah pesan yang merah hitam tapi di penjualnya nggak ada, adanya cuman yang itu aja."

"Tapi Rui Costa juga mainnya bagus kok. besok lagi baru beli yang merah hitam."

Setelah bertemu dengan si laki-laki kecil, kemudian mereka bermain dan juga bersama teman yang lainnya. Akhirnya si perempuan kecil sudah terlihat tidak begitu sedih lagi. Apalagi Ayahnya juga bilang, "Besok setelah kenaikkan kelas kita jalan-jalan terus langsung beli buat kamu. Tapi kamu janji nilainya harus bagus lagi."


_______End_________

Sebuah perjalanan dari mulai tahu kemudian ingin mengenal hingga sekarang masih dan akan selalu belajar untuk mengenal si Merah Hitam. Pengetahuanku memang masih sangat dangkal tentang klub sepak bola kesayanganku ini. Tapi dukunganku akan selalu penuh dan tidak akan pernah dangkal.

Forza Magico 112th Milan!!!!!!!!







Senin, 05 Desember 2011

Sisipan, sepatah kata !

Pagi selalu memberi kejutan yang indah buatku. Entah dengan sinar mentarinya, awan mendungnya ataupun hujan gerimisnya. Apapun keadaannya aku selalu merindukan sang pagi.

Karena Pagi lah yang membantuku merangkai semua impian yang akan aku bawa berlari, dalam keadaan apapun.

Pagi selalu datang dengan diam dan tenangnya. Pagi berbicara melalui suasananya yang indah.

Aku selalu yakin pagi tidak akan pernah menyesatkan aku.

Karena, Pagi itu KAMU. Yang Selalu aku tunggu dan aku nantikan. Tak peduli dengan keadaan yang bagaimana.

Rabu, 23 November 2011

Bagian Enam !

". . . . . Hari ini aku masih nungguin dia, dengan ditemani alunan musik yang sama seperti saat pertama kali berbincang dengannya di mushola belakang sekolah."
Unintended - By Muse

Hari ini anak-anak aneh, tidak seperti biasanya. *Intinya AKU DICUEKIN*
Mereka gak ngajak ngomong kalau aku gak ngajak ngomong duluan. Bahkan Sekar yang duduk sebangku denganku aja tidak bergeming sedikitpun kalau aku gak "halo-halo" duluan. Hmmmmpppffffhhh Ada Apa Dengan Mereka??????????

###


Hari berikutnya aku tetap mencoba biasa saja. Tapi lama kelamaan mereka bertiga sudah melampaui batas kewajaran. Aku semakin yakin, ini ada yang tidak beres.

Istirahat pertama aku mencoba mengajak mereka bicara baik-baik. Sebenarnya ada apa sih?? Belum juga aku selesai berucap. Laras memotongnya dengan nada nyolot *sekali*.

" Asyik ya, pacaran sama anak baru? bahkan saking asyiknya kita-kita sekarang udah gak dibutuhin lagi?" Kata Laras dengan nada tinggi yang benar-benar bikin aku kaget. Sebelumnya dia gak pernah sekalipun sampai ngebentak aku kayak gini. Aku yakin mereka marah banget, terutama Laras.

Selain Laras, Lintang dan sekar juga memandangku lekat-lekat, sementara aku hanya mampu menunduk pasrah. Aku tahu aku salah. Dan aku juga tahu dimana letak kesalahanku. Seharusnya memang aku harus cerita ke mereka tentang kedekatanku dengan Banyu. Jadi mereka tidak merasa seperti sudah tidak aku butuhkan lagi. Walaupun kedekatanku dengan Banyu hanya atas nama pertemanan dan tidak lebih seperti yang Laras tuduhkan ke aku.

Maksudku untuk backstreet berteman dengan Banyu, karena aku tahu mereka kurang suka dengan Banyu. Apalagi kabar-kabar tentang Banyu di antero sekolah juga gak ngenakin banget. Banyu dikenal anak yang bermasalah dan ugal-ugalan. Dia gak punya banyak teman di sekolah. Dan jujur saja aku miris mengenai hal ini, karena aku yakin Banyu bukan orang yang seperti orang-orang bilang.

Aku juga gak mau Laras, Sekar dan Lintang protes yang tidak-tidak karena aku mau temenan sama Banyu. Makanya aku lebih memilih menyembunyikan ini dari mereka bertiga. Tambah lagi, sejak pertama Banyu masuk di sekolah ini, Laras pernah cerita kalau dia sebenarnya naksir Banyu dari pandangan pertama. Sungguh, sungguh sekali aku tidak bermaksud untuk menjadi pengkhianat dengan cara "teman makan teman". Niatku kepada seorang Banyu hanya tulus berteman.

Setelah aku jelaskan panjang lebar, Lintang dan Sekar bisa sedikit memahami, tetapi masih sulit untuk Laras. Aku bisa mengerti perasaannya. Mungkin dia pikir aku ratu tega. Mungkin dia pikir aku jahat sekali. Mungkin dia pikir aku memang seorang pengkhianat. Mungkin juga dia berpikir aku sudah menusuknya dari belakang. Mungkin juga dia sudah tidak menganggap aku teman karena aku memang tidak pantas disebut sebagai seorang teman.

Entahlah, aku sudah berdosa pada seorang teman sebaik Laras. "Maaf. . . . " , mungkin dia sudah bosan mendengarnya. Tapi aku gak boleh menyerah sampai Laras benar-benar maafin aku. Bagaimanapun caranya. Help Me , God!!!!!!!!!



___________________________ Bersambung

Selasa, 22 November 2011

Bagian Lima !

". . . . . Hari ini aku masih nungguin dia, dengan ditemani alunan musik yang sama seperti saat pertama kali berbincang dengannya di mushola belakang sekolah."
Unintended - By Muse

Hari makin hari, aku makin dekat dengan Banyu, aku seperti menemukan sosok Dimas yang sudah pergi. Sahabat karibku yang sekarang sudah tenang di surga. Banyu adalah kawan yang baik, kami selalu punya obrolan seru walaupun hanya belakang mushola sekolah tempat kita bercerita, cerita tentang apapun. Dia memang orang yang cuek, tapi dia juga punya sense of humor tinggi.

Besok 11 September 2004 adalah ulang tahun Banyu yang ke 17. Rencananya aku mau bikin surprise kecil untuk dia. Sesuatu yang spesial yang bisa dikenang dan disimpan. *Masih berpikir dan akupun bingung*

###

Pagi ini 11 September 2004, aku sengaja bangun pagi sekali. Rencana mau berangkat ke sekolah lebih awal. Karena aku tahu Banyu juga selalu berangkat awal ke Sekolah. Kado yang sudah terbungkus rapi sudah aku masukkan tas dan tinggal melesat pergi.

Pukul 6 seperempat aku sudah sampai di sekolah. Pak Mono penjaga sekolah, terkaget-kaget melihat aku berangkat sepagi itu. Entah beliau berkata apa, hanya aku tanggapi dengan cengiran khas seorang Daun.

Tanpa pikir panjang aku langsung menuju kelas IPA satu. Pintu sudah terbuka, itu tanda sudah ada siswa di dalamnya.

Pelan-pelan aku masuk kelas itu. Kali ini tebakanku salah. Belum ada tanda-tanda kalau kelas itu sudah berpenghuni. "Ahaaaa, belakang sekolah." teriakku yakin.

Karena aku sudah penasaran akut, tanpa ragu-ragu aku berlari menuju belakang sekolah *otomatis sekitar mushola, tempat favorit aku dan Banyu*. Aku terhenti sejenak lalu berjalan pelan dengan tujuan biar gak ketahuan kalau nanti memang ternyata sudah ada Banyu di sana.

Pelan-pelan aku mengintai tempat kejadian perkara *hehehehe*. Dan kali ini benar, Banyu sudah ada di sana, bertapa gaul seperti biasanya. Apa dia sendiri lupa dengan hari ulang tahunnya? Pikirku menyelidik.

"Hey Mister Galak, Happy Sweet seventeen." Teriakku sambil berlari dan berhasil menoyor kepalanya.
"Nih, kado buat kamu."

"Apaan nih? Dari mana tahu kalau aku ulang tahun hari ini?" Katanya dengan ekspresi campur-campur. *Soalnya gak jelas*

"Buka aja gak papa kok. Hehe, tahu dong. Masa ulang tahun teman sendiri nggak tahu."

"Makasih banyak deh Daun yang cerewet."
"Serius nih, kok bisa tahu ulang tahunku? selama ini kan kamu gak pernah nanya dan aku juga belum pernah cerita ke kamu." Katanya penasaran.

"Hehe, maaf nih sebelumnya, Gak sengaja lihat SIM kamu waktu buka dompet pas bayarin makan di kantin minggu lalu." Tukasku.

###

Surprise Pagi ini sukses. Banyu juga suka sama kado yang aku kasih. Cuman sederhana sih kadonya, Gelang karya aku sendiri. Judulnya gelang persahabatan, aku pakai dan dia juga pakai. *hehehehehe*



__________________________ Bersambung

Minggu, 20 November 2011

Bagian Empat !

". . . . . Hari ini aku masih nungguin dia, dengan ditemani alunan musik yang sama seperti saat pertama kali berbincang dengannya di mushola belakang sekolah."
Unintended - By Muse

Siang ini cuaca di sekolah nyaman banget. Sejuk, adem *mungkin seperti di surga* *padahal juga belum pernah kesana* hhahahahah. Daaaaannnn, nongkrong sekitar mushola adalah pilihan yang tepat. Mumpung anak-anak juga lagi pada sibuk sama urusan masing-masing. Jadi aku ada kesempatan untuk ngacir sejenak dan menikmati kesendirian.

Yupz, pas sekali. Tempat ini juga lagi sepi, dalam artian belum ada yang 'menjajah' duluan. Cuman terdengar suara adzan dari mushola dan suara beberapa anak di tempat wudlu.

Dalam judul santai sejenak menikmati desiran angin yang mem'blush-on' wajahku. Duduk, dengan pemandangan langit biru dan lapangan yang terhampar luas sambil menikmati bekal siangku *cemilan buatan nyokap*

Tiba-tiba terdengar suara kaki melangkah dari arah belakangku. Belum sempat aku menoleh kebelakang, langkah itu terhenti.

" Kamu suka nongkrong di sini? " begitu suara yang keluar dari belakangku. Suara yang akhir-akhir ini tidak asing. Suara khas seperti orang yang baru saja bangun tidur.

" Eh masnya, hehehe iya nih. Saya suka suasana di sini." Tukasku sambil membalikkan badan *dan kemudian nyengir gak jelas*

* Jangan panggil aku mas dong. Kita kan seangkatan. Namaku Banyu. Kamu?" Katanya sambil mengulurkan tangan, ngajak salaman. *salaman kedua bo!!*

* Hehe, kan kita belum kenal jadi harus sopan. Aku Daun !" Jawabku dibarengi uluran tanganku.

###


Gak mengira, segitu gampangnya anak baru itu bercerita tentang semuanya. Ternyata benar apa kataku, Predikat yang udah orang-orang kasih ke dia itu semuanya jauh dari benar. Yupz, sejauh ini dia asyik kok. Teman baru yang asyik. Yaa emang sih terkadang kalau ngomong suka seenaknya. Tapi kadang omongannya emang ada benarnya juga. *hehehe* . Aku kira dia bakal betah anti sosialnya. Ternyata anak baru itu juga butuh teman baru. *ya iyalah*


__________________________ Bersambung

Sabtu, 19 November 2011

Bagian Tiga !

". . . . . Hari ini aku masih nungguin dia, dengan ditemani alunan musik yang sama seperti saat pertama kali berbincang dengannya di mushola belakang sekolah."
Unintended - By Muse

Sampai di gereja. Deng. . . . deng. . . .
Itu orang kok gak asing. Kek pernah lihat. Tinggi badan kira-kira 175cm, kulit sawo matang, mata coklat, rambut spike. Yupzz detected, " Si Anak Baru IPA Satu ". Ngapain dia ada disini? *dodol ya ibadahlah, masa mau main basket*
Hmmm, dilihat-lihat ganteng juga anak baru itu. *heh, apasih*

Selesai ibadah seperti biasa aku harus nungguin nyokap sebentar, ada sedikit urusan dengan bapak pendeta. Eh iya, mana tadi tuh anak baru? udah cepet aja ngilangnya, kataku dalam hati. Mataku sudah jelalatan kemana-mana, melihat dari segala arah dan penjuru ruangan. Dan. . . . . .Itu dia. Samperin ah.

Jarak aku berdiri dan si anak baru itu duduk kira-kira 5 meter.

" Hey mas, kita ketemu lagi. Baru pertama kali ibadah di sini ya? " Tanyaku setelah menunggu kurang lebih 3 menit, dia selesai berdoa.

Kuulurkan tanganku pelan-pelan ke arahnya.

" Selamat hari Minggu ya? " Kataku agak ragu-ragu.

Pelan-pelan juga ia menyambut uluran tanganku. Lalu. . . . . .

" Selamat hari Minggu juga."

Mata itu menatapku tajam, otomatis bikin aku jadi sedikit salah tingkah.

" Kenapa? kok ngeliatin saya kek gitu? " Tanyaku menyelidik.

" Sorry, Aku mau lewat. " Jawabnya singkat.

" Oh. Sorry, sorry."

Kemudian dibalasnya dengan anggukan dan ia berlalu dengan santai seperti di belakang mushola waktu itu. Huh, kirain bakal ada percakapan panjang. Kenal lebih dekat begitu. Hmmm, tapi aku rasa ia seorang yang tertutup tentang segala sesuatunya dan tidak ingin diketahui orang lain. Aku juga lihat di sekolah ia seringnya sendirian. Tapi entah lah. Jackie Chan bilang, " suan le, suan le, suan le ."

Jumat, 18 November 2011

Bagian Dua !

". . . . . Hari ini aku masih nungguin dia, dengan ditemani alunan musik yang sama seperti saat pertama kali berbincang dengannya di mushola belakang sekolah."
Unintended - By Muse

Sudah berhari-hari aku gak lihat tampang anak baru itu. Upacara Bendera, senam pagi, pulang sekolah, belakang mushola sekolah semuanya gak ada. Hmmm apa benar yang teman-teman bilang tentang predikat dia?
Gak. . . gaaakkkk. . . gak boleh berpikir buruk dulu. *Hey. . . kenapa aku pikirin hal kek gini?*

###

Weekend ini rencana menginap di rumah salah satu kawan dekat di sekolah. Mau BBQ-an sekalian Pajamas Party. Kalau BBQ-an sih aku paling depan semangatnya, nah kalau pajamas party, aku juga paling depan molornya. *hehehehe*
Seperti biasa dan pada umumnya, yang namanya cewek kalau lagi ngumpul, salah satu obrolan gak pernah lepas dengan topik cowok. Pembahasa kali ini adalah si anak baru kelas IPA satu. Sebenarnya aku juga pengen nimbrung, cerita ke mereka kalau kemarin aku habis 'berduaan' sama anak baru itu di belakang mushola. Hmmmm, tapi mending gak usah diceritakan, nanti mereka makin heboh lagi. *simpan saja*

Aku pulang pagi-pagi dari rumah teman. Niat pagi ini ke gereja pagi bareng nyokap. Tadi udah mandi sekalian sih, jadi di rumah tinggal rapi-rapi aja, selesai itu berangkat. Nyokap udah siap nunggu aku di ruang tengah, dan seperti rutinitas pagi biasanya, aku masih kelimpungan nyari'in sepatu kets.
"Pasti ini kerjaan Miko, suka main pindahin sepatu buat mainan. *Miko adalah anjing kesayangan aku, plus bokap*
Nyokap udah bawel, sepatu juga cuma sebelah yang ketemu. Hmmm, okay, okay terpaksa aku pake sepatu mbakku *yang rada kecilan dan notabene pakai heel*. yuuppzz, aha, okay demi tampil sempurna ke rumah Tuhan. *beribadah*


____________________Bersambung

Bagian Satu !

". . . . . Hari ini aku masih nungguin dia, dengan ditemani alunan musik yang sama seperti saat pertama kali berbincang dengannya di mushola belakang sekolah."
Unintended - By Muse

Kurang jelas asal muasalnya, yang aku tahu dari teman-teman, dia pindah ke sekolah ini karena di sekolah yang lama dia bermasalah. Tukang bolos lah, raja tawuran lah, makanya gak naik kelas terus pindah deh.

Tapi aku rasa ada yang berbeda disini. Anak itu sama sekali gak ada potongan tukang bolos, apalagi raja tawuran. Dilihat dari penampilannya sih cukup enak dipandang, gak neko-neko dan masih dalam batas wajar-wajar aja. Hmmm, aku jadi penasaran. :)

HHmpppffhh, hari yang membosankan, pulang sekolah gak bisa barengan sama teman-teman. Soalnya aku ada ekstrakurikuler Jurnalistik sore ini. Biasanya sih semangat, gak tahu kenapa hari ini bawaannya maleeeesss banget.

Kayaknya angin di sekolah lagi sejuk-sejuknya nih. "Nongkrongdi belakang mushola ah, keknya seru sambil makan." ucapku sendiri. Dengan membawa seperangkat tepak makan dan minum aku berjalan menuju mushola dengan gontainya *maklum lapar akut*. Tapi tiba-tiba otakku memaksa kaki ini buat berhenti.

Yaaahhhh, keduluan deh. Tempat sejuk plus nyaman buat nongkrongku siang ini udah dijajah sama seorang cowok yang sedang bertapa dengan 'gaul' nya. Bertapa gaul sama dengan mata merem dan telinga disumpel pakai headset, sudah begitu musiknya juga teriak-teriak kenceng ditelinganya. *Gimana gak kenceng? orang aku yang gak nebeng pakai headsetnya aja bisa dengar.

Sepertinya dia gak ngeh kalau ada orang yang duduk 3 meter dari jarak dia bertapa. Nah, karena perut juga udah dugem sejak tadi pelajaran Antropologi. So, tanpa ba bi bu aku langsung buka bekal makan siangku yang dibikinin nyokap tadi pagi, ku makan dengan lahapnya. Nasi, sayur buntil favoritku, ikan bandeng dan gak lupa cemilan favorit juga >>> taaaaaaaddaaaaaaa kerupuk udang.

Sesekali sambil melirik ke arah si pertapa di siang bolong itu. Hmmm, gak ada perubahan posisi dan masih gitu aja. Dalam keadaan kayak gini keisenganku muncul. Sengaja aku makan kerupuk sampai terdengar keras bunyi "kriuuukkk. . .kriuuukkk". Yaaahh nihil, dia tetep gak dengar. Makin aku kerasin "Krrriiiuuuuuuuukkkkk" tetap juga nihil. Sampai kerupuknya habis juga kagak bangun-bangun tuh orang. *aku terpikirkan sesuatu* Nah, terakhir ini pasti bangun. Plastik bungkus kerupuk tadi aku tiup sampai seperti balon, lalu. . . . .DOOOOOORRRRRRR!

Pelan-pelan mata itu terbuka.

"Hehe, piss mas kaget ya? sorry loh ganggu bertapanya. Saya cuman numpang makan doang kok. Soalnya biasanya saya juga nongkrong di sini. Mas, murid baru Ipa satu kan? kataku nyerocos. Padahal dalam hati "mampus nih, jangan-jangan bentar lagi ada singa ngamuk lagi."

"Kamu udah lama di situ?" tanyanya dengan suara berat khas orang bangun tidur.

"Mmm, ada kali setengah jam." jawabku

Tanpa pernyataan lanjutan lagi, dia langsung pergi dengan santainya.
"Kagak bilang permisi kek, apa kek gitu. Syukur-syukur beramah tamah ngajak kenalan. Dia kan murid baru." Gerutuku pelan.
Jadi itu anak baru kelas IPA yang bikin heboh seantero sekolah? sekilas emang kayak sombong sih, tapi aku yakin ada sesuatu yang berbeda disini. :))


_____________________ Bersambung

Kamis, 17 November 2011

Fave Song




Inti dari lagu ini, seseorang pasti punya pilihan. Gak peduli halangan atau cobaan apa yang menghalang, pasti ada jalan keluar yang mungkin gak disadarinya. Naaahhhhh. . :)

Hmmm, Kalo dibilang iya ato enggak lagu ini ada kenangan tersendiri? heheheh, iya juga sih.
Saat haha-hihi-hikshiks bersama teman-teman. Teman suka, teman duka, yang gak bisa disebutin atu-atu merknya *eh namanya* Gak peduli apapun yang terjadi tetep kalian ada disini. Makasiiihhhhh. . . :D

Luv u all. . .

Senin, 14 November 2011

Ini. . . Bukan Lebay Biasa!!!

Tadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Hey Diary, aku sudah ceria kembali. . . . :)

Ini Kisahku, , :))

Hari ini, setahun yang lalu. Perasaan yang membingungkan itu sudah terungkapkan. Hahahahah, setelah kurang lebih setahun jadi saksi bisu *emang batu?* hu'um saksi percintaannya dengan sang wanita. Hehehehe, perasaan campur aduk. hihihi jangan tanya. Rasanya pait, paiiiitt. Yeaaahh!! Tapi bener kata seorang teman. Aku patut berbangga, karena aku berhasil melawan dan menaklukkan rasa pait itu. Jadi manis yang berbekas, ketika aku bisa menuliskan kata. "SAYA SUKA KAMU". Dan direspon baik sama "DIA" yang tidak boleh disebut namanya.

Haruss ku katakan "kecuuuuutttt!!!!!!", curhat sama temen bukannya dapet aroma kata semerbak buat pencerahan, eh malah dapat kata-kata yang mak jleeebb beud getoh. Masa dia bilang. "karena guweh cewe? hah, klasik!! sekarang mo jemput impian ape mo nunggu impian sampe beneran jadi Ratu mimpi kau nyut??"
And of course komentarku cuman *SENYUM* tapi sambil *NELEN LUDAH*

Abisan aku harus gimana doooongg. Dipikir kagak pusing ape?? Keknya aku perlu tukeran jiwa dah, sama cowok juga kagak ape2. Biar bisa mikir pake logika, kagak ngeraaassaaaaiiiinnn mulu isinya. *MAUNYA*

Kalo bener kehidupan kedua itu ada. Mungkin kali yak dia jodohku di kehidupan kedua ntu. Abisan kehidupan sekarang kan keknya kagak mungkin gt. hahahahah. *kali aje bisa gt* Coba bisa di request. heheheh *lagu kali ye request*

Kalo kek gini, aku jadi inget jaman bocah kecil dulu. Punya Temen yang inisialnya M, sama kek nama depannya si ngeselin ntu. Si M di masa kecil aku, nakalnya minta ampun, sukanya mintain maenan. Dulu mulut kecilku pernah bilang, "Aku gak mau temenan sama anak yang namanya M**** lagi, pasti nakal2 semua. hahahahah. Nah sekarang??? Aku malah suka bahkan sayang sekali sama orang yang namanya sama kek dia. Hhihihihi lebih tepatnya ini cuman nyambung-nyambungin aja sih. Biar selalu keinget sampai kapanpun. Kapanpun dan Kapanpun.

Akhir kata sebelum bermimpi indah, " Tuhan, aKu Sayang sama Dia". Dia yang punya senyum indah dan mata merah basah. *Cieeeeeeeeehhhhhh*

Thanks Jesus!!!!! KehendakMu lah yang jadi. ^^
Semangaaaaaaaaatttttttt!!!!!!!

Minggu, 13 November 2011

My. . . . . my. . . . . my. . . . . my. . . . . . . . . . !"




Sabtu, 12 November 2011

Inilah Kisah November itu.

November 2009 adalah awal. Awal ketiga, dari semua berawal.

November 2010 adalah pertengahan. Tengah dari semua pertengahan.

November 2011 adalah ? ? ?

mungkin akan menjadi akhir dari semua yang akan berakhir. hmmppfffhhh, beginilah tidak semua cerita itu happy ending. Sedih sih, tapi Yah begitulah kisah hidup bagaimanapun bentuknya pasti ada makna yang indah dibaliknya. *senyuuuuummmm

Semoga dia bahagia dengan yang akan berawal untukya. *berkaca - kaca* kemudian *senyuuuuumm lagiiii*

Sabtu, 05 November 2011

Celoteh Sendiriku, di Sabtu Malam. ^^

Hmmm, seperti malam-malam yang lalu. Masih seperti ini keadaan hatiku. Terkadang dipatahkan oleh keadaan. Keadaan yang memaksaku untuk menjadi pencemburu. Mencemburui jarak dan waktu.

Mengerti tidak hanya cukup mengerti, seringkali berubah menjadi tidak mengerti.

Kadang aku benci, mengapa yang telah berlalu itu indah? Mengapa yang telah berlalu itu tidak bisa diulang kembali?

Andai semua menjadi yang telah berlalu. Tetapi sungguh itu tidak akan pernah mungkin. Kenyataannya sekarang tidak semanis yang telah berlalu.

Bodoh!!!!
Hei, Bukankah yang akan datang itu pasti akan lebih indah?
Ketahuilah, yang akan datang adalah keabadian?

Keabadianku denganmu dan dengan-Nya.
Keabadianku karena mencintaiMu.

Jumat, 04 November 2011

"Lucas, , Piggarrooooooooo. . . . . .!"

Ooohhhhhhhhhhhhhh November. . . . . . . . . .

..........................Kamu telah datang lagi!!

Apa yang aku bisa perbuat dengan November ini?
Apa yang harus aku perjuangkan untuk November ini?
Apakah masih bisa dan harus aku perjuangkan?
Apakah mungkin sudah saatnya yang aku tunggu harus aku perjuangkan?
Akhir-akhir ini selalu Muncul banyak pertanyaan.

Entahlah. .

Sebenarnya aku takut,
Aku ragu-ragu.

Aku takut kecewa, aku takut sakit, aku takut dan aku belum siap untuk itu. Belum siap untuk kecewa, belum siap untuk sakit. Aku belum siap.

Entahlah. .
Mungkin ini lebih buruk dari seorang pengecut.


Suatu Hari Di Sekitar Malioboro. . . . .

Udah berkali-kali liat, dan dengan orang yang sama.
Seorang bapak-bapak pedagang Asongan, dengan kerombong yang dipikulnya. Bapak tersebut menjual aneka mainan tradisional yang terbuat dari bambu.

Terlihat dari raut wajahnya, seperti gak ada lelahnya. Tapi kemarin aku lihat dari kejauhan bapak itu sedang duduk santai dengan menikmati bekal ala kadarnya yang ia bawa.

Terpikir sejenak, gimana kalo bapak itu adalah Ayahku, sungguh penuh perjuangan untuk menafkahi keluarga. Dan aku selalu bersyukur untuk itu.

Bapak itu sudah tua tapi semangatnya masih 'muda' sekali. Salut untuk ini. Beliau pantang menyerah walaupun, barang yang ia jual belum laku sama sekali. Beliau tetap semangat menawarkan dagangannya.

Nah harusnya aku sebagai yang masih muda jangan sampai kalah dengan Bapak pedagang asongan itu. Semangat bapak itu harus menjadi inspirasi buatku. AKu yakin Tuhan sudah menempatkan siapapun sesuai kemampuannya. Karena Tuhan selalu indah pada waktunya. Semangaaaaattt, Jiayouuuuu!!!!!! ^^

Jumat, 28 Oktober 2011

Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda versi aslinya :

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi EYD

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

My sista Birthday

"Happy birthaday my older sista, all the best wishes for ya!"

28 Oktober 1972, ketika itu Sumpah Pemuda, makanya mbakku diberi nama Yekti. Bokap pernah cerita dalam bahasa jawa kuno artinya pasti dan kebenaran.

Memang jarak umur aku dan mbakku terpaut agak lumayan sedikit jauh *nah loh pusing bahasaku*. Sampe pernah dulu dikira temennya, aku anaknya mbakku. hahahahah gokil. Walopun kadang pemikiran kita suka susah buat nyatu tapi ada kalanya juga kita kompakan. Sebagai kakak perempuan satu-satunya, sebenernya aku kurang begitu dekat dengan mbakku ini, Tapi kita tetep bisa aja seru-seruan bareng.

Mbak Yekti tuh orangnya agak sedikit bawel *heheheh, piss*, rapi, dan segala sesuatunya penuh dengan ketelitian. Mbakku juga lumayan jago masak. Suka aja sama masakannya dia *nah dia enak kalo disuruh ngajarin begini*, Hmmmm tapi selera kita beda. Mbakku pedas lovers dan aku sama sekali tidak. *hohohoho*

Mbakku paling deket sama nyokap, mungkin selain karena mbakku anak pertama, juga karena bulan dan tanggal lahir mereka deketan. Golongan darahpun mereka berdua juga sama. Jadi ya gitu deh. heheheh

Okay lah sista, kangen masakanmu dan love ya. . . :*

Jumat, 21 Oktober 2011

My Mom Birthday

Uhuh. . . Great day. . . Today is my mom birthday.

Ulang taun nyokap yang ke 59 ini, lagi-lagi aku pas gak ada di rumah. Seperti biasa, setiap aku ngucapin, nyokap sendiri selalu lupa dengan hari dimana umurnya bertambah. Kek tadi pagi, beliau bilang, “Oh y? Ini tanggal piro? mama malah lupa je kalo hari ini ulang taun”.

Soal ulang taun, sebenernya gak ada tradisi selebrasi khusus sih di keluarga, Jadi antara ngucapin dan gak ngucapin pun sebenernya gak masalah. Tapi untuk orang tuaku baik bokap ataupun nyokap sebisa mungkin aku ngucapin ke mereka sebagai salah satu wujud rasa terima kasih dan sayangku ke mereka. Mungkin keluargaku termasuk yang cuek dengan hal ulang tahun, al hasil ya seperti itu, mereka sering lupa kalo hari itu hari ulang tahunnya.

Pokoknya from the bottom of my heart, “selamat ulang tahun buat nyokap tersayang, yang udah gak muda lagi. Panjang umur, sehat selalu, semakin dekat dengan Tuhan Yesus, Semakin sayang sama bokap dan anak-anaknya plus cucu-cucunya. Yakin Tuhan punya rencana yang indah untuk keluarga kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Kurang lebih seperti itu ucapanku ke nyokap tadi pagi. Jujur, nyokap punya peran dan andil yang sangat besar selama ini. Tanpa dia, gak mungkin aku bisa menjadi seperti sekarang. Karena motivasinya setiap hari buat aku, karena doanya untuk aku, karena semua yang beliau lakukan untuk aku. Thanks for everythings mom.

Nyokap itu pemaaf, nyokap itu sabar, nyokap itu gak pernah ngeluh walaopun sedang mengalami hal berat sekalipun, nyokap selalu tersenyum, nyokap mengajari aku segalanya, nyokap yang sekaligus menjadi sahabatku, nyokap itu sosok perempuan perkasa buatku, nyokap itu Ibu juara satu diseluruh dunia yang aku punya.

Kasih sayang nyokap Tidak ada yang bisa menandingi. Kalo ada terbilang “Kasih Ibu tak terhingga sepanjang masa”, itu bener banget. So, bahagiakan ia, selagi masih ada waktu. Waktu yang mungkin panjang dan mungkin saja pendek.

I Love You mom. Forever!!!

Sabtu, 24 September 2011

Si Mata Merah Basah. . .

Si pemilik mata merah dan basah yang sering aku jumpai di alam tidurku. Seperti biasanya ia selalu menyunggingkan senyum terindahnya, tanpa sepatah katapun. Dan senyum itu yang membuat sekujur tubuh ini menjadi dingin, namun menyejukkan. Genggaman tangannya masih terasa hangat dan seperti tak ingin ku lepaskan.

Mata yang begitu tajam. Mata merah basah yang tak semua orang memilikinya. Mata yang menyimpan berbagai rasa yang ia rasakan. Tersirat kebahagiaan yang tak ingin hanya ia nikmati sendiri. Namun terkadang menyampaikan kepedihan yang tak ingin ia bagikan kepada orang lain. Yang ia tau, ia akan selalu tersenyum dengan apapun yang terjadi.

Si mata merah basah yang indah, namun aku tak berani memandangnya lekat-lekat. Aku takut, takut semakin dalam yang aku rasakan. Rasa yang sering semena-mena hinggap di hati, pikiran bahkan otak. Dan entah hal apa yang membuatku begitu kuat untuk mempertahankan apa yang aku rasakan ini. Mungkin jawabannya masih bersembunyi, entah di mana. Sedang dan masih dicari.

Terkadang memang terasa sedikit berat. Tapi jauh dari itu semua, aku masih bisa dan sangat bisa menikmati perasaan yang aku rasakan sendiri. Selalu dan selalu ku bagikan melalui tulisan seperti ini. Karena aku merasa lebih baik setelahnya. Aku selalu percaya dengan setiap kata ataupun tulisan yang baik, yang terucap. Karena, mungkin Malaikat di atas sana mencatat semuanya.

Aku berharap waktu itu selalu panjang, karena begitu banyak kisah yang masih harus aku tuliskan tentang pemuda bermata merah basah. Dan entah mungkin atau tidak kisah ini akan benar-benar menjadi milikku seutuhnya.


CerpenNgawurNgasal
Sumber Inspirasi : Wangsit Ken Dedes *selanjutnya*

Kamis, 22 September 2011

Just My fav song. . . .

____Stuck In The Moment____

With you,
With you,
I wish we had another time,
I wish we had another place...

Now Romeo & Juliet,
bet they never felt the way we felt,
Bonnie & Clyde,
Never had to hide like
We do,
We do...

You and i both know it can't work,
It's all fun and games,
'til someone gets hurt,
And i don't,
I won't let that be you...

Now you don't wanna let go,
And i don't wanna let you know,
There might be something real
between us two, who knew?
Now we don't wanna fall but,
We're tripping in our hearts
and it's reckless and clumsy,
And i know you can't love me, hey...

I wish we had another time,
I wish we had another place,
But everything we have
is stuck in the moment,
And there's nothing my heart can do
(Can Do),
To fight with time and space 'cause,

I'm still stuck in the moment with you...


See like Adam & Eve,
Tragedy was a destiny,
Like Sunny & Cher,
I don't care,
I got you baby...

See we both,
Fightin' every inch of our fiber,
'cause in a way,
It's gonna end right but,
We are both too foolish to stop...


See like,
Just because this cold cold world
saying we can't be,
Baby, we both have the right to decide we,
And i ain't with it,
And i don't wanna be so old and gray,
And it isn't 'bout these better days,
But convince just telling us to let go,
So we'll never know...

Selasa, 20 September 2011

我 的 心里 说. . . . . . . . .

Sepatah katapun seperti sudah sulit diucapkan. Mulut sudah dikunci rapat-rapat, tangan sudah diikat erat-erat. Apakah Sudah tidak ada lagi kebebasan? Mungkin sudah paten dari hati. Ohhhh, entahlah.

Bahkan lebih baik bicara dengan cermin. Seenggaknya tetap terlihat, walaupun cuman sekedar bayangan. Tapi memang yang bergerak melebihi bayangan itu sendiri. Tak tersentuh, tak akan pernah tersentuh.

Tatapan dan nada suara yang ramah, sudah hilang, sudah berlalu, pergi begitu saja seperti angin. Sapaan yang hangat itu sudah tidak bisa terasa lagi. Sapaan itu kini telah menjadi dingin. Hmmm, bisa jadi sudah sedingin es. Menjadi beku dan entah kapan bisa menjadi cair. Tak bisa untuk ditebak.

Sekali ini, aku akan menurutinya. Aku tidak marah, sama sekali tidak. Namun, aku sedang belajar untuk menghargai atas apa yang ia sudah lakukan. Aku tidak akan menanyakan karena aku tau pertanyaan yang akan keluar, mungkin adalah kata-kata yang tidak pernah ia suka.

Pernyataan itu tak akan lagi terulang-ulang dari mulut ini. Karena ia sudah tau, dan bahkan mungkin sudah bosan. Dapat disimpulkan pengulangan kata tidak jauh dari pemaksaan. Hmmm, jangan sampai itu terjadi.

Namun bagaimanapun aku akan tetap mendoakan ia. Sebagaimana aku minta kekuatan kepada Tuhan agar selalu bisa mendoakan orang-orang yang aku sayangi setiap saat dan dalam keadaan apapun.